Sunday 14 August 2011

1 UNREAD MESSAGE



“Mav datengnya kemalaman ya?” kamu tersenyum. Berusaha mengembalikan raut muka ceriaku. Sedangkan aku hanya bisa manyun melihat jam dinding di ruang tamu sudah menunjukkan pukul 22.00.

“Tadi masih banyak yang harus di kerjain, maaf ya…” masih dengan senyummu, dan aku,

Menyerah…

Pasrah…..

Mengalah pada senyum itu….

Kalau dipikir –pikir, kamu memang curang Mas Raja, entah kenapa hanya dengan senyummu, aku bisa memaafkan semua kesalahan –kesalahanmu dengan mudah. Senyum itu semanis buah semangka, legit, segar ke tenggorokan, dan menciptakan efek ingin memakannya lagi dan lagi. Sama seperti senyumanmu, rasanya aku ingin melihatnya lagi dan lagi.

Aku berkhayal, dan kamu…

Masih tersenyum…

***

Jam dinding menunjukkan pukul 23.00. suatu waktu dimana aku ingin sekali jam dinding itu bisu, waktu terhenti, dan kamu tetap disini. Disampingku. Seperti tadi. Berbicara tentang hidup dan penghidupan, tentang hal –hal ringan yang membuatku makin mengenalmu.

Mas raja…

Tak genap setahun aku mengenalmu, dan kamu, entah kenapa senyum semangka itu merindukan sekali.

Kalau ditanya aku jatuh cinta? Mungkin. Tapi tak berani aku berspekulasi. Cinta yang seperti apa yang aku harap darimu? Bah!! Bahkan aku pun tak berani bermimpi dicintai oleh kamu.

Aku berkhayal, dan kamu, kulirik dirimu,

Masih tersenyum…

***

Jam dinding menunjukkan pukul 23.30, aku masih berdoa semoga waktu berhenti. Tapi nyatanya, sang waktu mengkhianatiku. Kenapa setiap ada hal –hal yang menyenangkan hatiku sang waktu tak bisa bertenggang rasa sedikit saja. Aku kan masih ingin kamu disini!!

Kulirik kamu Mas, aku melihat sosok pria yang tenang sedang meminum segelas teh manis yang tadi baru saja kubuatkan. Semoga tak kemanisan atau malah kurang gula ya! Aku membuatnya dengan penuh cinta. Apa kamu bisa merasakannya, Mas?

Aku rasa teh itu manis, tapi tetap Mas, tak semanis senyum semangkamu itu. Aku perhatikan wajahmu yang dipenuhi rambut –rambut kasar disepanjang dagu. Tak ada yang istimewa, tapi kenapa aku cinta ya? Pertanyaan bodoh yang kulontarkan kepada diriku sendiri. Dan bodohnya lagi, tak bisa kujawab.

Aku melirik kepadamu, kamu masih meminum teh buatanku,

Masih tersenyum….

Kamu tiba –tiba berkata,

“Al, aku pulang ya…”

Senyumku hilang…

***

Sepilas gerimis turun. Aku tepekur sendiri. Jam dinding menunjukkan pukul 00.00. Setengah jam setelah kamu pergi, aku masih disini. Terduduk diam. Kenapa cintaku bisu sekali ya? Aku bingung. Tak bisakah aku seperti wanita –wanita lain? Cinta membuat mereka menjadi manusia emansipasi. Menyatakan perasaan lebih dulu daripada laki –laki.

Sayangnya aku tak bisa, Mas….

Pikiranku berkelana ke suatu waktu disaat aku mengenalmu.

“Al, kenalin temen gua nih, Raja”

Dan aku menjabat tangan besar itu. Kamu tersenyum. Dan saat itu juga aku mengenal senyum semangkamu.

Semenjak saat itu, kita bertemu hanya satu –satu. Satu minggu, satu bulan, atau malah satu kali selama 3 bulan. Bahkan pernah ada saat dimana aku sama sekali tak memikirkanmu. Tapi entah kenapa sekarang, bahkan tiap lafas doaku ada namamu, Mas.

Aku tak pernah tau kapan aku jatuh cinta. Aku hanya tau tiba –tiba aku punya hasrat untuk selalu tau keadaanmu. Kamu dimana? Sudah makan atau belum? Ahh, cintaku seperti cinta anak SMA saja, padahal umurku sudah lebih dari 20 tahun. Tak pantas rasanya seperti itu. Tapi sungguh! Cinta membuatku buta umur. Cinta hanya kenal satu kata, rindu, dan aku rindu sekali sama kamu ,Mas.

Apa kamu rindu aku??

Hening, tak ada jawaban.

Jelas!! Aku bertanya bukan padamu…

Hanya tembok kamar….

***

Jam dinding kamarku menunjukkan pukul 02.00, dan aku masih terpaku. Tak bisa terlelap, masih setia menemaniku, tentu saja bayanganmu. Ahhh! Hanya bayangan! Aku ingin kamu seutuhnya, Mas Raja.

Aku melirik ke ponsel yang tergeletak di samping tempat tidurku. Ada hasrat untuk sekedar mengirim pesan singkat.

Mas, sedang apa?

Mas, aku ga bisa tidur, mikirin kamu..

Ah tidak –tidak, buru –buru kutepis pikiran itu. Tetapi semakin kutepis semakin aku sangat ingin melakukannya. Tak sadar jari –jari tanganku sudah lancar menekan –nekan tombol ponsel berlayar tak lebih dari 3X3 cm itu.

Menu

Message

Create Message

Mas, aku ga bisa tidur nih. Mas Raja sedang apa? Aku kangen sama Mas…

Sent to

Mas Raja

Dan,

Tanganku tergantung saat akan memencet tombol Sent. Aku ragu. Ini sama saja bunuh diri pikirku. Berbagai kelebatan pikiran negative memenuhi otakku. Perempuan macam apa yang mengirim sms jam 2 pagi kepada seorang laki-laki.

Aku hapus kalimat –kalimat yang tertera di layar ponselku itu.

Aku diam

Dan kamu,

Entah sedang apa..

***

Tik – tok –tik –tok –tik –tok

Hmmm…

Pukul berapa ini?

Yak! Kamu sukses membuat aku tak bisa memejamkan mata, Mas!!

Pukul 02.30, masih seputaran khayalan tentang kamu. Teringat tentang suatu waktu, masih suatu waktu tentang kamu, Mas.

Yah lagi –lagi kamu.

“Alya, aku kerumah yah… mampir aja..boleh?” kamu bertanya

“Boleh” jawabku asal

Belum mengerti bahwa kamu itu istimewa. Masih belum mengerti kamu itu beda. Jadi kujawab sekenanya saja. Toh, aku tak begitu peduli dengan kamu. Saat itu….

Sekarang…

Berbeda….

Sekarang aku menunggu kamu mengatakan kalimat itu lagi, Mas. Aku menunggu kedatanganmu, walaupun hanya sebentar, sebentar saja.

Sekarang malah aku yang sering sekali berkata,

“Mas, kapan mampir kerumah?”

Atau,

“Mas, main yuk kerumah..nanti aku buatin teh manis lagi”

Dan kamu, hanya tersenyum kecil. Senyum buah semangkamu yang kunantikan itu keluar juga. Manis dan dingin.

***

Aku melirik layar ponsel, angka –angka digital didalamnya menunjukkan sebuah barisan yang bentuknya seperti ini,

03.00

Yak, kalau kamu bertanya apa saja yang aku lakukan sedari tadi, jawabannya, mikirin kamu, Mas! Gombalnya aku ini ya..

Tapi biarlah, biar begitu..

Dan sekarang, keinginan untuk sekedar mengirimimu pesan singkat makin besar. Aku masih bersikukuh pada ke ego-an ku. Tidak – tidak.

Tapi tanganku berkhianat. Jari -jariku dengan ringan kembali mengambil ponsel mungilku. Perasaan dan logikaku masih bertarung seru.

Kirim

Tidak

Kirim

Tidak

Biarlah logika dan perasaanku itu bertarung seru. Tak tahu sampai berapa ronde. Yang jelas jari –jariku kembali bergeliat lincah menekan –nekan huruf yang tertera di sana.

Merangkai kata –kata hatiku.

Aku diam. Kutatap layar ponsel mungil itu.

Sent to

Mas Raja

Sent…

Message has been sent to Mas Raja

Aku kalah..

Aku kalah oleh perasaan rindu seorang wanita terhadap pria yang tak diketahui keadaannya sekarang. Pikiranku hanya bergejolak dan masih bertanya –tanya.

Mas Raja,

Kamu sedang apa?

Kamu terima pesan dari ponselku tidak?

Apa kamu sudah tidur?

Apa kamu bermimpi tentang aku, tentang wanita yang rindu dengan senyum semangkamu.

Dan aku terlelap… Dalam ketidak sadaranku, aku masih bisa mengucapkan sebuah harapan,

Semoga pesanku kamu balas Mas

***

Alya terlelap, lelah menerjang kesadarannya. Selama hamper 3 jam ia bertarung dengan ke –ego-annya sebagai wanita, akhirnya ia mengalah pada perasaan dan ruang rindunya.

Sent Item

To : Mas Raja

Message : Mas, ini Alya..Rindu sekali rasanya sama Mas..semoga Tuhan senantiasa memberkati hidup kamu Mas..


Alya masih terlelap saat ponselnya berkedip –kedip. Nama Raja tertera disana

1 unread message

From Mas Raja

***

Dedicated for Woman...

Pada akhirnya cinta memang harus diungkapkan...


Jakarta, Middle August 2011

2 comments:

  1. Masih takjub setiap Kali baca ini. Harus baca ini setiap hari kayanya. Biar ga lupa bersyukur. Alhamdulillaah

    ReplyDelete